Perpisahan Manis untuk Musim yang Luar Biasa
Liverpool FC menutup musim Premier League 2025/26 dengan kemenangan meyakinkan 3–0 atas Crystal Palace di Anfield Stadium.
Dalam laga yang juga menjadi penampilan terakhir Jürgen Klopp sebagai manajer The Reds, seluruh stadion berubah menjadi lautan merah penuh emosi.
Gol-gol dari Mohamed Salah, Darwin Núñez, dan Curtis Jones mengakhiri musim dengan catatan positif dan memastikan Liverpool finis di posisi ketiga klasemen akhir.
Babak Pertama: Atmosfer Emosional dan Gol Awal Salah
Sejak sebelum kick-off, suasana di Anfield sudah terasa istimewa.
Ribuan pendukung membentangkan spanduk bertuliskan “Danke, Jürgen” dan “You Made Us Believe Again” untuk menghormati Klopp yang resmi meninggalkan klub setelah sembilan tahun penuh kenangan.
Liverpool tampil dengan intensitas tinggi khas “gegenpressing” era Klopp.
Hanya butuh 12 menit bagi mereka untuk membuka skor.
Mohamed Salah mencetak gol pembuka melalui sontekan kaki kiri setelah menerima umpan terobosan dari Alexis Mac Allister.
Gol ini disambut sorakan luar biasa dari seluruh tribun — bukan hanya karena keunggulan, tapi karena simbol konsistensi sang ikon Mesir yang kini mengakhiri musim dengan 22 gol dan 13 assist.
Crystal Palace berusaha membalas lewat serangan cepat dari Eberechi Eze, namun kiper Alisson Becker tampil sigap mengamankan dua peluang berbahaya.
Liverpool menguasai jalannya laga sepenuhnya dengan penguasaan bola mencapai 69% di babak pertama.
Babak Kedua: Núñez dan Jones Tutup Pesta Gol
Memasuki babak kedua, Liverpool semakin percaya diri.
Darwin Núñez, yang tampil haus gol sepanjang musim, menggandakan keunggulan di menit ke-56.
Menerima crossing akurat dari Trent Alexander-Arnold, penyerang asal Uruguay itu menanduk bola keras ke pojok gawang tanpa memberi kesempatan bagi kiper Dean Henderson.
Gol ini menandai gol ke-20 Núñez di Premier League musim ini — musim terbaiknya sejak bergabung dari Benfica.
Tak berhenti di situ, Curtis Jones menambah gol ketiga di menit ke-74 melalui tembakan jarak jauh yang menghujam gawang Palace.
Gol tersebut mengunci kemenangan 3–0 sekaligus menutup laga dengan gaya khas Liverpool: agresif, penuh semangat, dan menyerang hingga menit akhir.
Jürgen Klopp: Air Mata di Akhir Era
Setelah peluit akhir berbunyi, momen emosional tak terhindarkan.
Jürgen Klopp, dengan mata berkaca-kaca, melambaikan tangan ke arah para suporter sambil memeluk satu per satu pemain dan staf pelatih.
Para pendukung menyanyikan “You’ll Never Walk Alone” lebih keras dari biasanya — lagu perpisahan bagi pelatih yang telah membawa enam trofi besar, termasuk Liga Champions 2019 dan Premier League 2020.
“Ini bukan akhir, tapi awal dari sesuatu yang baru untuk Liverpool,” ujar Klopp dalam pidato perpisahannya di tengah lapangan.
“Saya meninggalkan klub ini dalam kondisi kuat, dengan hati yang penuh cinta untuk kalian semua.”
Para pemain seperti Salah, Van Dijk, dan Robertson tampak menahan air mata saat Klopp melangkah keliling lapangan sambil melambaikan tangan ke para fans.
Anfield malam itu menjadi saksi berakhirnya salah satu era paling berkesan dalam sejarah klub.
Performa Gemilang Salah dan Núñez
Dua pemain depan Liverpool tampil menonjol di laga ini.
Mohamed Salah menutup musim dengan performa luar biasa — mencetak gol pembuka dan menciptakan lima peluang berbahaya.
Sementara Darwin Núñez membuktikan dirinya layak menjadi ujung tombak masa depan klub, tampil konsisten dan klinis di depan gawang.
“Kami ingin memberikan kemenangan ini untuk bos. Dia mengubah hidup kami,” ujar Salah seusai pertandingan.
“Kami semua berutang banyak pada Klopp — dia membuat kami percaya diri menjadi juara.”
Statistik Pertandingan
Statistik | Liverpool | Crystal Palace |
---|---|---|
Penguasaan Bola | 68% | 32% |
Tembakan ke Gawang | 9 | 2 |
Peluang Besar | 7 | 1 |
Gol | 3 | 0 |
Akurasi Umpan | 91% | 79% |
Dominasi penuh The Reds terlihat jelas di semua aspek permainan — efisien, terorganisir, dan fokus hingga akhir.
Dampak di Klasemen Akhir
Dengan kemenangan ini, Liverpool menutup musim di posisi ketiga klasemen dengan 79 poin, hanya dua angka di belakang Arsenal (81) dan tiga poin dari juara Manchester City (82).
Meski gagal merebut gelar, Liverpool tetap dianggap sukses menutup era Klopp dengan gaya terbaik.
Sementara Crystal Palace finis di posisi ke-14 dengan 39 poin, mengamankan diri dari degradasi dan menatap musim depan dengan optimisme.
Atmosfer Anfield: Sebuah Perpisahan Legendaris
Anfield malam itu tak hanya menjadi arena pertandingan, melainkan panggung perpisahan sejarah.
Spanduk bertuliskan “Danke, Klopp” dan wajah tersenyum sang pelatih berkibar di setiap tribun.
Setelah peluit akhir, para pemain berjalan bersama Klopp ke tengah lapangan.
Mereka berbaris, berpegangan tangan, dan membungkuk ke arah fans — simbol kebersamaan yang menjadi DNA Liverpool selama bertahun-tahun.
Kembang api merah menghiasi langit Merseyside, sementara lagu “Hey Jude” mengalun di pengeras suara stadion, menciptakan suasana haru yang tak terlupakan.
Kesimpulan
Kemenangan 3–0 atas Crystal Palace bukan sekadar penutup musim, tapi juga akhir dari sebuah era legendaris di Liverpool.
Jürgen Klopp meninggalkan warisan besar — semangat, identitas, dan kebanggaan yang telah menghidupkan kembali Anfield.
Salah dan Núñez melambangkan masa depan cerah klub, sementara para fans membawa kenangan indah yang tak akan pernah pudar.
Liverpool boleh tidak juara musim ini, tapi mereka menang dalam arti yang lebih besar — menang dalam hati jutaan pendukung di seluruh dunia. ❤️⚽